Minggu, 07 Juni 2015 - 12:05:44 WIB
GLOBAL SALAFISM
Artikel: - Dibaca: 8 kali

GLOBAL SALAFISM (Perspektif Pemikiran Roel Meijer, P.hD) Oleh; Supandi

A. Pengantar Islam merupakan agama yang multi dimensional, sehingga Islam dapat dilihat dan dikaji dalam berbagai sisi yang akhirnya jika tidak dikaji secara menyeluruh (Kaffah), maka akan menghasilkan suatu kesimpulan islam yang paradoksal, sehingga jika melakukan suatu kesalahan pendekatan dan kekeliruan pola pembacaan terhadap khazanah keIslaman, maka yang di hasilkan justru suatu produk pemikiran ke-Islamanyang kontra produktif, dan bahkan sering kali memperkuat kesan tampilan wajah negatifterhadap Islam. Dan upaya maupun usaha yang dilakukan bukannya menghasilkan suatu kemajuan peradaban dan mempercantiktampilan wajah Islam yang inklussif, akan tetapi semakin memperkuat kentalnya kesanbahwa penampakan wajah Islam yang ekslusif dan terkesan penebar teror ditengah-tengah masyarakat dunia.

Ajaran Islam yang sesungguhnya sarat dengan ajaran luhur yang mengajarkan kedamaian, kelembutan, kasih sayang, yang kemudian ditampilkan degan wajah yang kaku, seram dan menakutkan, bahkan mengerikan bagi umat manusia di dunia. Hal tersebut merupakan dua wajah Islam yang sangat bertolak belakang antara satu sisi dengan sisi yang lainnya.sehingga munculnya kesan dua wajah kontradiktif terhadap Islam inilah yang kemudian oleh Scwartz disimbulkan dengan istilah “dua wajah Islam”Fundamentalism dan Moderatism. Duaistilah ini merupakan atribut yang di berikan kepada dua varian pola pemikiran kelompok besar muslim dalam merespon realitas kehidupan dunia modern yang kaitannya dengan Agama.

Paradigma ataupun cara pandang dan pola pembacaan serta aksi-aksi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok besar tersebut dalam menanggapi sebuah fenomena moderenitas ini berlawanan sisi, sehingga akhirnya Islam tampil dan menampakkan dua wajah yang kontradiktif dan berbeda. Jika fundamentalism beranjak dari kegelisahannya terhapat keterpurukan umat Islam sebagai dampak moderenisme, maka moderatism lebih didorong oleh adanya kegelisahannya terhadap pola keberagamaan umat Islam yang cenderung ortodoks dan dogmatis.

Munculnya dua pola orientasi yang berbeda secara paradoksal dalam realitas kebangkitan Islam yang kemudian mewarnai wacana pemikiran Islam kontemporer saat ini, oleh sebagian para ahli dianggap sulit untuk dicarikan solusinya, karena respon yang diberikan oleh kedua kalangan muslim ini ternyata bukan hanya berhenti pada persoalan pola nalar dan cara pembacaanyang sangat hitrogen, yaitu bagaimana cara memahami teks dalam kaitannya dengan realitas muslim modern yang cendrung menggunakan nalar Literalis-normatif dan juga penggunaan nalar histories-kontekstual.Akan tetapi masing-masing mereka telah berani mengklain diri mereka sebagai representasi dari Islam yang benar dan autentik (truth claim) yang sama-sama berakar dari pesan ilahiah sebagaimana yang dimaksudkan Tuhan.

Dan menurut Abuo El-Fadel, kondisi saling meng-klaimbahwa diri mereka yang paling benar dalam memahami nilai-nilai pesan ilahiyah dan bahkan disertai dengan integritas pemahaman yang berbeda ini telah melahirkan sejumlah dampak negatif yang sekaligus sebagai tantangan yang cukup mendasar bagi para ahli untuk mencari titik temu antara dua sisi ini.

Persoalan yang terkait dengan kedua terminologi ini menjadi semakin rumit setelah terjadinya tragedi 11 September 2001 yang lalu, terutama bagi dunia barat yang posisinya sebagai (out sider). Karena tragedi ini bukan hanya menumbuhkan keingintahuan barat (Curiosity) tentang Islam yang sebenarnya, akan tetapi juga semakin memperkuat ketidak-jelasan penggunaan kedua terminologi wajah Islam itu sendiri. Itulah sebabnya, tidak sedikit dari pemerintahan Negara-negara barat yang secara serampangan dan hanya berdasar sangkaan (predjudice) semata, mereka telah membatasi pemberian label moderat bagi mereka yang mendukung kebijakannya dan label terorismeuntuk menyebut yang sebaliknya.

Namun dalam kesempatan ini, penulis membatasi persoalan kajian ini, pada persoalan Global Salafism dalam perspektif pemikiran Roel Meijer dari sudut pandang doctrinal salafism, dari sisi politik salafism dan dari perspektif jihadi-salafism. Menurut Roel Mejer salafisme adala gerakan kembali ke ahl al-hadits sebagai salah satu sarana untuk kembali kepadapemurnian ajaran islam dan kembali kepada sumber ajaran islam yaitual-qur'an dan al-hadis, karena dalam Islam qur'an ini dianggap sebagai sumber yang langsung baik, dan yang langsung dari disangga Muhammad (al-Hadits) dipandang sebagai implementasi dari ajaran dan nilai-nilai qur'an tersebut.

B. Pembahasan 1. Mengenal lebih dekat Roel Meijer

Roel Meijer adalah seorang senior di Clingendael Institute. Dia mengajarkan sejarah Timur Tengah di Universitas Radboud di Nijmegen, dan seorang kepala bagian Arab dari Timur Tengah di Institut Internasional Sejarah Sosial (IISS) di Amsterdam. Sebagai direktur pasca doctoral (postdoctoral) di Institut Internasional untuk Studi Islam di Dunia Modern (ISIM) di Leiden pada tahun 2004-2008. Roel Meijer mempelajari gerakan-gerakan Islam di Irak, Arab Saudi dan Mesir,dia juga merupakan editor yang berpengalaman dalam bidang global Islam yang berfokuspada gerakan baru Agama Islam.

Roel Meijer belajar sejarah di Universitas Amsterdam dan pada tahun 1995 dan meraih gelar Doktor di universitas yang sama.Adapun tulisannya yang terkait dengan salafism merupakan fenomena global, dan ini merupakan koleksi dari studi yang mempertanyakan kebijaksanaan yang diterima tentang gerakan sebanyak yang mereka mengungkapkan keragaman motivasi agama dan politik.

2. Tinjauan etimologi dan epfitimologi salafism Kata salafi berasal dari kata“Salafa-salafan”yang artinnya adalahtelah berlalu,kata“Salaf”juga mempunyai arti sekelompok pendahulu atau suatu kaum yang mendahului dalam suatu perjalanan. Jadi makna Salaf adalah orang yang telah mendahului kita, baik itu nenek moyang maupun kerabat keluarga dan lain sebagainya, dimana mereka itu berada di posisi atas lebih baik dari segi umur ataupun kebaikannya.

Namun pengertian salaf secara terminology menurut kalangan para ulama aqidah, adalah sekitar “Sahabat”, atau “Sahabat dan Tabi’in” atau ‘Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in’ yang hidup pada masa (tiga abad pertama) yang dimuliakan dari kalangan para imam yang telah diakui keimanannya, kebaikannya, kepahamannya terhadap as-Sunah dan keteguhannya dalam menjadikan as-Sunnah sebagai pedoman hidupnya, menjauhi bid’ah, dan dari orang-orang yang telah disepakati oleh ummat tentang keimanan mereka serta keagungan kedudukan mereka dalam agama, sehingga generasi tersebut dinamakan “As-Salafush Shalih”.Namun dalam konteks yang berbeda, salafism adalah suatu gerakan upaya pemurnian terhadap ajaran Agama dengan berupaya untuk kembali kepada sumber Asli Ajaran Islam yaitu al-Qur’an, dan al-Hadits.

Adapun para tokoh yang telah memberikan kontribusi besar dalam membangun dan membentuk formasi salafism sebagai salah satu doktrin adalah Ahmad bin hanbal (780-855 M) dan Taqiy al-Din ibn Taymiyah (1263-1328 M) dan kemudian diperkuat lagi oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahhab (1703-1792 M) disamping itu, Wahabism ini merupakan gerakan reformasi pada abd ke-18 di Najd yang merupakan sentral Arab.

3. Kontestasiglobal salafism perspektif Roel Meijer a. Doktrin salafism

Gerakan salafi tujuannya adalah kembali padaahlulal-hadits selama kekhalifahan Abbasiyah, dan berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan Islam dari penambahan ajaran Islam, yang menyebabkan ajaran Islam tidak murni. Salafisme menyerukan untuk kembali mempelajari sumber dasar ajaran Islam, yaitu qur'an dan hadis.

Revivalisasisalafi dan gerakan reformis telah terjadi sepanjang zaman, dan akan terus terulang kembali pada masa-masa berikutnya. Salafism adalahsebuah gerakan pra-modern yang didirikan oleh Muhammad ibn Abd al Wahhab sekitar tahun 1703-1792. Ibn Abd Wahhab ini mencoba untuk berkonsentrasi kepada gerakan reformasi masyarakat yang hidup dalam keadaan kebodohan danketerpurukan yang merupakan akar dari spiritual dan politik Islam sejak zaman keemasan. Untuk mencapai kemurnian ajaran agama ini, Abn Abdul Wahabmenolak penerimaan perantara antara manusia dan baik, seperti penghormatan yang berlebihanterhadap makam orang suci, hormat kepada penguasa yang berlebihan,sehingga salafi ini berupaya untukmerubah praktek ini karena hal ini dinilai syirik kepada Allah SWT.

Dalam konteks ini global salafism terdapat beberapa gerakan salafi yang dilakukan oleh orang-orang salafi diberbagai daerah, yang salah satunya adalah di Yaman, yang dipelopori Muhammad ibn Ali al Shawkani (w.1834) beliau adalah seorang reformis yang radikal yang berorientasi kepada pemurnian ajaran agama yang bersumber kepadaal-Qur'an dan al-hadits sebagai sumber hukum yang hakiki, dan untuk merealisasikan gerakan tersebut, maka Muhammad Ibn Ali al-Shawkani menggunakan metode yang fleksible dalam melakukan reformasi tersebut.

Di India, gerakan salafism dipelopori seorang yang hidup sezaman dengan Ibn Abd al-Wahhab, yaitu Shah Waliyullah yang hidup pada masa 1703-1762, Shah Waliyullah ini kemudianmeluncurkan melakukan gerakan reformasi ini sama dengan konsep sebelumnya, yaitu menolak taqlid dan beberapa kebiasaan yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam dan berkonsentrasi pada studi hadis dan qur'an yang menurut mereka adalah sumber ajaran Agama yang paling benar dan murni.

Di Perancis dan seluruh Eropa, gerakan salafi ini, ditunjukkan dengan symbol-simbol tertentu, yang salah satunya adalahbagian laki-lakinyamemakai qamis dan jubah panjang, serta memakai celanaseperempat betis.Sedangkan untuk para wanita, mereka memakai cadar yang menutupi keseluruhan wajah kecuali mata. Di Perancis ini, mereka menolak pekerjaan tertentu dan menghindari “kontaminasi” kemurnian mereka dengan berbaur dengan orang yang tidak percaya (kafir). Rasa keterpisahan juga dinyatakan dalam manajemen waktu mereka yang berkisar wajib shalat lima waktu.

Dalam kontek bidang ketauhidan, salafi juga berpendapatbahwa perayaan hari kelahiran Nabi (perayaan Maulid Nabi), bermain musik sebagai mana untuk mencapai ekstasi dalam melakukan ritual ibadah, atau perayaan pernikahan dan pemakaman yang begitu rumit, semua itu dianggap sebagai perbuatan yang bid’ah dan perbuatan yang sia-sia. Gerakan salafi di Arab di timur tengah dipelopori oleh para pemikir Islam seperti Muhammad Abdu 1849-1905, Jamal al-Din al- Afghani1839-1897 dipersia dan Rasyid Ridha pada tahun 1865-1935 di suri’ah.

Bahkan di Saudi Arabiayang merupakan jantung salafisme, di mana salafisme adalah agama Negara dan digunakan untuk mengontrol masyarakat dan menegakkan moralitas yang konservatif yang ketat, generasi baru pemikir salafi dan ideologi telah berhasil dalam menggunakan potensi perdebatan Wahhabisme dan mengubahnya melawan otoritas politik dan agama, dan mengkritik gagasan tentang negara Saudi sebagai benar-benar bertentangan dengan pengertian dasar tauhid. Selalu dianggap sebagai doktrin kaku yang memungkinkan ada ruang untuk interpretasi dan bahkan melakukan yang terbaik untuk menyingkirkan alasan individu.

Gerakan salafi ini oleh Roel Meijer di Identikkan dengan gerakan revivalism Islam, namun ke identikan tersebutterdapat beberapa titik perbedaan yang cukupmendasar antara dua gerakan ini, perbedaan tersebut diantaranya adalah bahwa pertama kali muncul sebagai respon terhadap ancaman budaya, politik dan ekonomi di dunia Barat, akantetapi sebagai gerakan revivalis murni diarahkan untuk pemurnian ajaran suatu Agama.

Dosen Fakultas Agama Islam (Universtas Islam Madura (UIM) Pamekasan) Email: [email protected]